6 Tanda Orang Siap Hadapi Hal Terburuk dalam Hidup

blank

nyubit.com –Apabila Anda biasanya selalu menyiapkan diri untuk menghadapi musibah pada setiap peluang, Anda bukannya satu-satunya. Keberanian ini umumnya terasa jauh lebih aman dibanding hanya berdo’a tanpa ada persiapan sama sekali. Tapi, mengapa beberapa di antara kita sepertinya telah diprogram untuk menantikan bencana dan kekecewaan, meskipun dalam kondisi yang cukup aman?

Mungkin Anda adalah salah satu orang yang senantiasa siap menghadapi segala skenario terburuk dalam kehidupan, tidak karena ketakutan tetapi karena Anda telah terbiasa merasa waspada dan damai sekaligus.

Berdasarkan laporan dari DM News pada hari Jumat (18/4), berikut enam karakteristik umum yang sering ditunjukkan oleh individu yang senantiasa siap untuk menghadapi skenario paling buruk dalam hidup, menurut perspektif psikologis serta keseharian mereka.

1. Anda mempertimbangkan semua hal dengan terlalu banyak detail.

Pernah merasa lelah hanya karena memikirkan terlalu banyak skenario? Ini adalah ciri khas dari analisis berlebihan.  Orang yang selalu bersiap biasanya punya kebiasaan untuk membayangkan segala hal buruk yang bisa terjadi, lalu membuat rencana cadangan untuk masing-masingnya.

Hal ini kelihatannya bersifat penuh perhitungan, tetapi sebenarnya bisa memicu ketakutan. Di bidang psikologi, tindakan tersebut dikenal sebagai “rumination”, yaitu siklus pikiran seseorang yang tidak henti-hentinya mengulangi pemikiran tentang suatu hal, khususnya soal kemungkinan adanya kendala atau persoalan.

2. Anda takut kecewa

Ketakutan atas kekecewaan dapat mendorong Anda untuk menahan diri dari berharap, agar terlindungi dari penderitaan saat semuanya tidak berlangsung sebagaimana direncanakan. Individu yang memiliki riwayat pengalaman hidup diisi dengan banyak kegagalan cenderung lebih mudah jatuh pada cara berpikir seperti itu.

Anda mungkin berkata pada diri sendiri, “Lebih baik tidak terlalu berharap, supaya tidak terlalu sakit.” Tapi sayangnya, pola pikir seperti ini bisa memperkuat kecemasan dan mempersempit peluang untuk menikmati hal-hal baik.

3. Anda kebanyakan mempunyai pandangan negatif

Dalam bidang psikologi, bias negatif merujuk pada cendrungannya otak kita untuk lebih mengeksplorasi data yang tidak menyenangkan daripada hal-hal positif. Sehingga meskipun Anda mendapat enam pujian dengan sebuah kritikan di antaranya, pemikiran utama Anda akan tetap tertuju pada komentar kurang menguntungkannya tersebut.

Orang yang selalu bersiap biasanya sangat sensitif terhadap kritik atau potensi kegagalan, karena otaknya langsung menafsirkan itu sebagai sinyal bahaya. Ini membuat kemungkinan terburuk selalu menjadi fokus utama, meski situasi sebenarnya belum tentu mengarah ke sana.

4. Anda mendambakan kontrol

Jika rencana spontan bikin anda gelisah, bisa jadi anda punya kecenderungan untuk ingin mengendalikan semua hal. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, kontrol bisa terasa seperti perlindungan. Banyak orang yang selalu bersiap merasa nyaman saat semuanya terorganisir dan dapat diprediksi. Namun dalam kenyataan, kontrol itu hanya semu.

Saat situasi tak terduga muncul, misalnya pembatalan penerbangan atau pergantian tiba-tiba, dapat menimbulkan perasaan hilang kendali dan mengundang serangan kekhawatiran yang sulit untuk ditenangkan.

5. Anda seorang perfeksionis

Perfeksionisme kerap tampak sebagai ambisi untuk mencapai prestasi luar biasa, namun di sana juga tersembunyi ketakutan akan gagal. Bila Anda secara konsisten merasa perlu melaksanakan semua tugas tanpa cela supaya tidak menyusahkan atau memalukan pihak lain—atau bahkan diri Anda sendiri—itu bisa menjadi beban yang tiada henti.

Perfeksionis biasanya menyiapkan semuanya dengan sangat teliti, sebab mereka mengira bahwa situasi terburuk mungkin terjadi apabila ada sedikit pun hal yang tertinggal.

Dalam bidang psikologi, hal tersebut dapat berhubungan dengan “motivasi berbasis rasa takut,” di mana individu tersebut mendorong diri mereka tidak karena hasrat, tetapi akibat dari kecemasan atau ketakutan. (*)


6. Anda terlalu melindungi diri sendiri

Masa lalu penuh dengan pengalaman tidak mengenakkan, seperti perpisahan kasih sayang yang menyakitkan atau kekalahan yang membuat malu, dapat menimbulkan rasa waspada ekstra.

Seseorang yang senantiasa siaga biasanya mengonstruksi dinding emosional untuk melindungi diri dari luka sekali lagi. Mereka bisa menjadi pesimis dengan ikatan romantis baru, penuh kecurigaan pada kans hebat, atau enggan menyetujui tawaran baik sebab berpikir “terlalu sempurna untuk benar-benar nyata.”

Inilah cara proteksi diri yang malahan bisa menambah kuatnya ketakutan. Di bidang psikologi, taktik seperti itu dikenal sebagai “mekanisme pertahanan”, yaitu usaha tidak sadar seseorang dalam mengamankan dirinya dari kesedihan hati.

Di penghujung hari, menjadi seseorang yang senantiasa waspada sebenarnya bukanlah hal buruk. Akan tetapi, perlu diakui pula bahwa ketika rasa protektif itu mulai berkembang menjadi suatu benteng psikologis, bisa jadi ini malah menghalangi pertumbuhan kita secara mental.